Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan
unggulan di Jawa Timur yang sangat strategis bagi perekonomian nasional dan
secara tidak langsung akan berdampak terhadap aspek sosial. Kontribusi tembakau
terhadap perekonomian nasional adalah dalam kemampuannya menyerap tenaga kerja dengan
jumlah yang cukup banyak, diantaranya sebagai pemasok bahan baku (tembakau)
untuk pabrik rokok (Galih, 2008). Selain digunakan sebagai bahan baku rokok,
dengan berbagai zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya, tanaman tembakau
juga dapat digunakan sebagai insektisida alami, zat pewarna alami, antioksidan,
dan berbagai obat lainnya (Abdullah dan Soedarmanto, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian Susilowati (2006),
dijelaskan bahwa tembakau dengan kandungan nikotinnya dapat digunakan sebagai
insektisida alami yang cukup aman bagi lingkungan. Prospek industri benih
tembakau di Indonesia belum menjanjikan sehingga industri benih tembakau tidak
berkembang di Indonesia. Padahal benih merupakan salah satu faktor produksi
yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pertanaman. Penggunaan benih
unggul bermutu merupakan salah satu syarat utama untuk meningkatkan produksi tanaman
termasuk tanaman tembakau. Penggunaan benih dengan mutu rendah akan menimbulkan
berbagai kerugian diantaranya tenaga dan biaya dalam pelaksanaannya (http://repository.ipb.ac.id,
2011).
Benih tembakau merupakan benih ortodok, yaitu jenis
benih yang tahan terhadap pengeringan dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya
simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Menurut
Kuswanto (1996), kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi benih dalam penyimpanan. Kadar air benih yang tinggi pada benih
ortodok (seperti benih tembakau) dapat menyebabkan terjadinya penurunan
viabilitas benih, begitu juga sebaliknya kadar air benih terlalu rendah 3%-5%
dapat menyebabkan penurunan waktu perkecambahan benih, benih menjadi keras,
sehingga pada waktu dikecambahkan benih tidak dapat berimbibisi
dan dapat menyebabkan kematian embrio (Nadira,
2009).
Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai
bentuk komoditas ekspor yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan
sebutan tembakau terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika
Latin (Kuba, Brazil, Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini
dikarenakan produksi tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan
khatulistiwa. Persebaran
produksi
tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah Amerika
Latin dan Indonesia (Notohadiprawiro, 1998).
Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki
lahan dan usaha perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari
banyaknya unit usaha perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak
swasta. Perkebunan di Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini
terlihat pada beberapa swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan,
seperti tembakau, gula, karet dan lain sebagainya (Soetopo, 2006).
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui panen dan passcapanen tanaman tembakau
deli (Nicotiana tabacum,
L.).
Kegunaan
Penulisan
Sebagai salah satu
syarat untuk dapat mengikuti Melengkapi Tugas Laboratorium Budidaya Tanaman Penyegar
Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan dan sebagai
sumber informasi bagi pihak yang membutuhkannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman
Menurut
http://www.plantamor.com
(2011) sisitematika tanaman tembakau
(Nicotiana
tabacum, L.) adalah
: kingdom : Plantae, division : Spermatophyta,
subdivision : Angiospermae, kelas : Dicotyledoneae, ordo : Personatae, familia : Solanaceae, genus : Nicotiana, Spesies : Nicotiana tabacum, (L.)
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika
tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit
cabutan. Tanaman dari bibit cabutan terkadang mengalami gangguan kerusakan
akar. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau yang subur terkadang dapat
tumbuh sepanjag 0,75 m. Selain akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan akar yang lurus, berlekuk, baik pada akar
tunggang maupun pada akar serabut. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada
berbagai macam faktor. Bila pengolahan tanah baik, akar adventif terdapat pada
kedalaman 1 cm-30 cm. Akar tumbuh terbanyak pada kedalaman lapisan tanah 15-20
cm dari permukaan tanah atas (top soil) (Basuki, dkk, 1999).
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat,
agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami
penebalan yang
ditumbuhi
daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang
selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang
sekitar 5 cm (http://www.plantamor.com,
2011).
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval)
atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong
ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun
memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin.
Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy
parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32
helai (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun
dalam beberapa tandan dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga
berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana
tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih
pendek, warna bunga
merah
jambu sampai merah tua pada bagian atas. Bunga tembakau berbentuk malai,
masing-masing seperti terompet (Sulistyowati, dkk, 2010).
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas
dasar bunga dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang
berisi bakal biji yang banyak sekali penyerbukan yang terjadi pada bakal buah
akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau
sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih
kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di
dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi
+ 12.000 biji. Jumlah biji yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25
gram (Basuki, dkk, 1999).
Biji tanaman tembakau mempunyai fungsi generatif,
untuk perkembang biakan tanaman. Biji tembakau sangat kecil sehingga dalam 1cm3
dengan berat kurang lebih 0,5 g berisi sekitar 6000 butir biji. Setiap batang
dapat menghasilkan 2 g biji (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang dibutuhkan untuk tembakau cerutu
menghendaki kisaran
curah
hujan berkisar antara 1500 mm-2000 mm/tahun. Artinya untuk setiap tahunnya, areal
yang akan ditanam tembakau tersebut harus mendapat siraman air hujan sebanyak
1500-2000 mm/tahun. Hal ini dapat dimengerti dengan setiap m2 pada areal tersebut
mampu memperoleh air hujan sebanyak 1,5 m3- 2m3/tahun (Notohadiprawiro, 1998).
Dalam penanaman tembakau cerutu mulai pengolahan
tanah sampai pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan ± 4 bulan kering. Jenis
tembakau cerutu biasanya dipetik pada waktu awal musim hujan, sedangkan
pengolahan lahan dan penanaman diusahakan pada saat misim kemarau ((http://repository.ipb.ac.id,
2011).
Suhu optimum tembakau yang dikehendaki adalah 270 C
atau berkisar antara 220 C-330 C. Tanaman tembakau yang ditanam dibawah atau
diatas batas suhu tersebut akan terganggu pertumbuhannya. Sedangkan kelembaban
udara yang dikehendaki adalah 62 % sampai dengan 85 % (Notohadiprawiro, 1998).
Tanah
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di
permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil dari
pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman
dan hewan, yang merupakan medium dari pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor iklim, bahan induk, bentuk
wilayah dan waktu pembentukan tanah (http://repository.ipb.ac.id,
2011).
Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit berpori,
pasir halus (tanah ringan) dengan aerasi yang baik lebih cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau. Tekstur tanah alluvial liat berpasir adalah tanah
yang baik untuk pertumbuhan tanaman tembakau deli. pH tanah yang baik adalah
sekitar 5-6. Tanaman tembakau baik tumbuh pada ketinggian ± 145 m di atas
permukaan laut (Notohadiprawiro, 1998).
Hingga kini keunggulan tanah untuk tanaman tembakau
deli masih satusatunya di dunia. Belum ada satu penelitian pun yang berhasil
menyibak tabir rahasia keunggulan tanah Deli yang menghasilkan tembakau (Nikotiana tabaccum)
terelit di dunia. Sudah banyak percobaan budidaya tembakau asal Deli ini di
negeri asalnya. Namun, hasilnya tak sebaik mutu yang dihasilkan tanah Deli. Hal
ini yang membuat varietas Deli 4 dan F1-45 semakin jadi primadona di pasar
dunia (http://foragri.blogsome.com, 2011)
Pengertian Panen
Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting
diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams
diperhatikan sebagai berikut : Kematangan daun, keseragaman daun dalam proses penanaman, penanganan daun
hasil panenan
(Sulistyowati, dkk, 2010).
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan
tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas
dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu
minggu hingga daun tanaman habis (Basuki, dkk, 1999).
Kriteria Panen
-
Mengutip
baisanya bias dimulai saat tanaman petak 1 berumur 40-42 hari
-
Parameter
yang terbaik adalah duduk daun dan warna daun. Daun yang layak di panen bila
kedudukannya telah mebentuk sudut lancip dengan batang ≤ 45° dan ≥ 30° dan warnanya cerah hijau
kekuning-kuningan
-
Jumlah
warna khloropil, daun pasir (Z) 31-34 btr/cm², daun kaki 1 (VA) 35-38 btr/cm².
pengukuran khloropil dilakukan sehari sebelum dikutip, pada pagi hari
-
Jenis
daun yang dikutip adalah Z dan VA, daun baik dan daun pecah kecil dengan ukuran
panjang Z ≥ 25 cm, VA ≥ 30 cm
-
Daun-daun
yang tidak dicucuk harus ditanam dalam lubang
(Balai Penelitian
Tembakau Deli, 2010).
Syarat Panen
Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari.
Pemetikan dilakukan 1-3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu
pemetikan tembakau NO dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan
untuk tembakau VO dilakukan pada sore hari (setelah fotosintesis). Komposisi
daun tembakau terdiri dari: daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6 lembar),
daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik daun
disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih berembun
dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya adalah
menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing jenis
tembakau (http://repository.ipb.ac.id,
2011).
Ciri
daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau kekuningan dengan
sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna tangkai daun hijau kuning
keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan kadang-kadang pada
lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang ketuaan (Notohadiprawiro,
1998).
Pelaksanaan
Kutip
1.
Menentukan hamparan panen kedalam 6
(enam) blok kutip, sesuai dengan blok tanam dengan populasi per blok 3100 –
3300 pokok. Hal ini sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana panen
2.
Blok kutipan harus tepat petakan, tidak
lebih dan tidak kurang artinya tidak mencuri ke belakang dan harus selesai
3.
Pengutipan harus dimulai dari jam 05.00
WIB sampai selesai jam 08.00 WIB, kecuali saat pengutipan cuci kaki (pengutipan
pertama) dimulai jam 07.00 WIB sebagai indicator embun pada permukaan daun
sudah mulai hilang) dan selesai jam 09.00 WIB
4.
Pada saat cuci kaki harus bebas dari
daun sendok (dibawah ukuran) / daun bibit
5.
Pengutipan cuci kaki dibatalkan jika
sehari sebelumnya CH ≥ 5mm dan kutipan biasa dibatalkan jika CH ≥ 60 mm
6.
Tindakan yang harus dilaksanakan jika
terjadi hujan lebat dan angin adalah karyawan tanaman mendirikan tanaman,
karyawati membalik daun, segera membuat daftar kerugian akibat hujan dan angin
7.
Cara mengutip :
-
Dengan memegang pangkal tangkai daun dan
dengan 2x gerakan kekiri dan kekanan daun dan harus dipotong
-
Dilarang memegangn daun dalam genggaman.
Awas pecah kuping / memar / pepary / glassy
-
Arah mengutip dalam petakan harus
membentuk huruf “U”
-
Hasil kutipan dari setiap 2 baris pada
petakan normal lebar 10 m (± 2 tali) harus diletakkan
diaatas tikar kutip, tidak boleh langsung diletakkan di tanah
-
Hasil kutipan dari setiap ½ petakan pada
ladang normal gandok 20 (± 20
tali) harus disusun ke dalam peti
8.
Susunan
daun dalam peti :
-
Sususnan daun dalam peti harus mendatar
(horizontal) atau tidur 3
baris, baris pertama dan kedua, tangkai daun menghadap dinding, barisan ketiga
sebagai rabung
-
Isi setiap peti maksimum 40 tali
-
Peti tembakau hijau harus tertutup goni
(tikar tutup) dan bila telah penuh harus segera disorong / diangkut ke gubuk
kutip
-
Hasil kutipan harus maksimum 7.000
lembar atau 175 tali per kutipan dari blok kutipan uang maksimum 3.000 pokok –
3.300 pokok
(Balai
Penelitian Tembakau Deli, 2010).
Pascapanen
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih
perlu pengolahan sebelum sampai pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung
sejak dari daun basah sampai daun kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan
atau produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil
akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun
tembakau setelah di panen antara lain:
- Pengumpulan
Merupakan
kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas. Kemasakan daun, ukuran
daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat atau
tertekan secara mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar matahari.
- Penyortiran
dan penggolongan
Pengelompokkan
daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan yaitu berdasarkan warna
daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam, Slick (licin/mulus): warna daun
kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun kuning (seperti warna buah
jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar): warna daun antara
kuning-oranye.
- Curing
Curing
merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah
yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang
berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak
menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah
dipanen. Tujuan Curing:
-
Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi
10-15 %.
-
Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan
aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses.
Pada
saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven.
Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha,
sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim
hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering.
(Sulistyowati,
dkk, 2010).
Beberapa
tahapan curing, yaitu:
a.
Penguningan
Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari
hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat
kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa
terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara
perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya
berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi
ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama kuning
orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan terhadap hasil
curling.
b.
Pengikatan Warna
Apabila
seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang daun,
maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka
apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau,
sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning
orange. Karena pada suhu 43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila
warna daun pada proses penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru
menaikkan temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara
bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang
diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19 jam.
c.
Pengeringan Lembar Daun
Proses
ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara
menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air
yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar
oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering
apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput
atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30-32 jam.
d.
Pengeringan Gagang
Pengeringan
gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang bisa dilapas
didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai
ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap
berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang
daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini
menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir,
seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini
memerlukan waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas
72 C, karena tembakau akan terbakar.
(Notohadiprawiro, 1998)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
A. dan Soedarmanto. 2000. Budidaya
Tembakau. CV Yasaguna, Jakarta
Balai
Penelitian Tembakau Deli, 2010. Pedoman Kultur Teknis Tembakau Deli. PTPN II
Basuki, S, Suwarso, A. Herwati, dan S. Yulaikah.
1999. Biologi dan Morfologi Tembakau
Madura. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang
http://foragri.blogsome.com., 2011. Tembakau. Diakses tanggal 30
November 2012
http://plantamor.com., 2011., Nicotiana tabacum. Diakses tanggal 30 November 2012
http://repository.ipb.ac.id., 2011. Tanaman Pertanian : Tanaman Budidaya. Diakses
tanggal 30 November 2012
Nadira. 2009. Respon Penawaran Tembakau Madura (Nicotiana
tabacum L.) (Studi Kasus di Kabupaten Pamekasan, Madura – Jawa Timur). Skripsi.
Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univesitas
Brawijaya: Malang
Notohadiprawiro,
T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat
Perguruan Tinggi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Soetopo.
2006. Panduan Teknis Budidaya Tembakau
Madura. Dinas Kehutanan dan Perkebunan : Pamekasan
Sulistyowati,E.
Sumartini,S. dan Abdurrakhman. 2010. Budidaya Tanaman Kakao. Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat, Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar