Jumat, 16 September 2016

Seputarpertanian: Cara Hidroponik Sederhana dengan menggunakan Botol...

Seputarpertanian: Cara Hidroponik Sederhana dengan menggunakan Botol...: Sebelumnya mari kita kenali dulu , apakah itu hidroponik dan sejarah hidroponik? Hidroponik? Hidroponik adalah sistem budidaya tanama...

Cara Hidroponik Sederhana dengan menggunakan Botol Air mineral

Sebelumnya mari kita kenali dulu , apakah itu hidroponik dan sejarah hidroponik?

Hidroponik?


Hidroponik adalah sistem budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, dalam bahasa sederhananya, lebih khusus lagi. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman

Nutrisi Tanaman yang digunakan pada hidroponik adalah cairan yang menggandung unsur hara seperti N,P, dan K yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan suatu peroses pertumbuhan.Bisa mnggunakan nutrisi yang kita buat sendiri dan dibeli seperti AB mix, dengan mengikuti panduan dan cara penggunaan nya, sebab penggunaaan nutrisi pada hidroponik harus sesuai agar menghasilkan pertumbuhan yang optimal.

Sejarah Hidroponik

Hidroponik (Inggris: hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless.

Diceritakan, ada taman gantung di Babilon dan taman terapung di Cina yang bisa disebut sebagai contoh Hidroponik. Lebih lanjut diceritakanpula, di Mesir, India dan Cina, manusia purba sudah kerap menggunakan larutan pupuk organik untuk memupuk semangka, mentimun dan sayuran lainnya dalam bedengan pasir di tepi sungai. Cara bertanam seperti ini kemudian disebut river bed cuultivation.

Ketika ahli patologis tanaman menggunakan nutrien khusus untuk media tanam muncullah istilah   nutri culture. Setelah itu, bermunculan istilah water culturesolution culture dan gravel bed culture untuk menyebutkan hasil percobaan mereka yang menanam sesuatu tanpa menggunakan tanah sebagai medianya. Terakhir pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir, istilah ini diberikan untuk hasil dari Dr. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral hasil uji cobanya.  

Lalu semenjak saat itu dikenallah hidroponik secara luas oleh masyarakat dunia dan perkembangan ilmu dalam bidang pertanian.

Dan sekarang banyak sekali teknik teknik hidroponik yang dapat digunakan akibat berkembangan ilmu pengetshuan, seperti sistem NFT, Rakit Apung,  dan yang paling sederhana adalah dengan menggunakan botol mineral.

Botol mineral yang dibuang dan dapat di temukan dengan mudah dapat dimanfaatkan .berikut langkah langkah membuat hidroponik sistem ini....

langkah pertama 
1.Sediakan alat seperti pisau untuk memotong botol mineral dan bahan nya seperti botol mineral, Nutrisi Hidroponik, arang sekam, netpot dan sumbu/Flanel

2.Botol diiris jadi dua kira-kira dari kepala botol sepanjang sepertiga tinggi botol. Bagian atas botol akan diposisikan terbalik hingga dapat difungsikan sebagai tempat media sekam dan penanaman. Pada bagian tutup botol dan sekelilingnya dibuat lubang sebagai sirkulasi air, udara dan tempat keluarnya akar. Bagian badan botol juga dilubangi untuk sirkulasi udara.

Ikuti langkah langkah dibawah ini
Hasil gambar untuk hidroponik sederhana botol aqua

Tanaman yang dapat ditanam di siste ini adalah sayuran seperti kangkung,pakcoy, selada dll. mudah digunakan dan dibuat sehingga dapat dilakukan dipekarang rumah dan juga dapat menjadi hiasan pada pekarangan rumah.

sekian ulasan mengenai hidroponik sederhana dengan menggunakan botol mineral

kunjungan instagram kami seputar_pertanian
menerima jasa pembuatan hidroponik segala sistem dan menjual bahan bahan hidroponik seperti netpot, rockwool, nutrisi dll. hub : 085359470408/ line nazri_11

BUDIDAYA KOPI

BAb
Bagaimana cara budidaya tanaman kopi ? 
Latar Belakang
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia meng-ekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00 (Pusat Data dan Statistik Pertanian, 2006). Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat (Prastowo, 2010).
Tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya bias ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi budidaya kopi poliklonal. Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) system pemasarannya. Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar. Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bias dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi (           Darmawijaya, 1999).
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit (Karmawati, 2010).
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generative menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generative lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal). Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan kopi secara klonal adalah sebagai berikut: mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya, utu hasil seragam, memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah,, memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal (Yahmadi, 2007).
Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek hanya memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman (Karmawati, 2010).
 TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman

Dalam http://www.plantamor.com (2011) sisitematika tanaman kopi                 (Coffea Sp) adalah : kingdom : Plantae, divisio: Spermatophyta,                     subdivision : Angiospermae, kelas : Dicotyledoneae, ordo : Rubiales,                         familia : Rubiaceae, genus : Cofea, spesies : Coffea Sp
Akar yang lupus masuk kedalam tanah, berbunga untuk tegaknya tanaman dan penolong bila terjadi kekeringan. Pada akar tunggal sering timbal akar yang di camping di sebut akar lebar. Pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar rambut dan bulu-bulu akar, yang berguna untuk mengisap tanaman (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hamper pada tiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang tegak lurus , yang direbut cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut ( wiwilan0 tunas air atau cabang air (http://www.plantamor.com, 2011).
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada ketiak (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Tanaman kopi akan mulai berbuga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang produksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangast muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder  dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol (direktorat Jendral Perkebunan, 2006).
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi (lanang) (http://www.plantamor.com, 2011).
Syarat  Tumbuh
Iklim
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl, namun demikian yang terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta. Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia
sampai saat ini sebagian besar berada di ketinggian antara 700 sampai 900 m dpl. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2003).
Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Pohon kopi tidak dapat tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angina ini akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah pada perkebunan. Selain mempertinggi penguapan dapat juga mematahkan dan merebah pohon pelindung yang tinggi, sehingga dapat merusak tanaman dibawahnya.Untuk mengurangi kerasnya guncangan angina ditepi-tepi perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Selain itu pohon pelindung dapat mengurangi derasnya guncangan angin (http://www.plantamor.com, 2011).
Tanah  
Tanaman kopi menghendaki persyaratan kondisi tanah yang subur dan mempunyai solum tanah yang cukup dalam (kurang lebih 1,5m).Jenis tanah yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi adalah mempunyai struktur tanah yang baik, mengandung bahan organic paling sedikit 3%, memiliki tata udara dan tata air yang baik                                                                        (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi mempunyai sifat yang Sangat khusus dipengaruhi oleh linkungan, bahkan tanaman kopi mempunyai sifat yang sangat khusus karena masing-masing jenis kopi menhendaki suhu dan ketinggian tempat yang berbeda-beda. Tanaman kopi pada umumnya menghendaki keadaan wilayah yang tinggi tempat 700-2000m dpl. Khususnya pada tanaman kopi jenis arabika mempunyai keadaan wilayah atau ketinggian tempat 1000-1700mdpl. Makadari dari sini dapat diuraikan klas-klas lahan yang dihendaki oleh tanaman kopi adalah sebagai berikut: Dadasarkan pada lahan atau linkungan dan iklim sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam menentukan klas suatu lahan harus ditentukan tasa faktor yang mempunyai level yang paling rendah (Starfarm, 2010).
Kemasaman (pH) tanah merupakan faktor paling penting dan merupakan indikator ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pada pH > 8 (alkalis) menyebabkan khlorosis karena Fe, Mn, Zn, Cu tidak dapat diserap oleh akar tanaman kakao, sebaliknya pada pH < 4 (masam) terjadi keracunan karena Fe, Mn, Zn, Cu tersedia dalam jumlah yang berlebihan. Tanaman kakao dapat tumbuh pada pH 4 – 8, tetapi yang baik adalah sekitar pH 6,0 – 7,0                                       (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao I
PERBANYAKAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp) 

SECARA STEK
Pengertian Stek
Merupakan proses perbanyakan kopi untuk menumbuhkan akar entres kopi dengan menggunakan media tumbuh dan lingkungan. Media tumbuh yang digunakan untuk penyetekan kopi terdiri dari campuran pasir, pupuk kandang/humus dengan perbandingan 3:1. Hal ini dimaksudkan agar mampu menahan lengas tanah cukup lama tetapi aerasi dan drainasinya baik. Untuk bagian paling bawah media tumbuh diberi pecahan batu dan kerikil setebal 30 cm. Kondisi lingkungan untuk penyetekan kopi, disusun dalam bedengan yang dibuat memanjang dengan ukuran lebar 1,25 m dengan panjang 5-10 meter atau dapat menyesuaikan dengan keadaan tempat yang tersedia, kemudian di buat tutup bedengan/sungkup plastik dengan tinggi 60 cm. Bedengan setek di beri naungan yang cukup terbuat dari para-para (dari anyaman daun kelapa), disarankan penyetekan dilakukan di bawah pohon pelindung lamtoro atau jenis pepohonan lainnya yang dapat meneruskan cahaya (Direktorat Jendral Perkebunan, 2006).
Keuntungan
Dibawah ini merupakan sedikit penjelasan tentang keuntungan perbanyakan tanaman secara stek :
·         Memiliki keunggulan seperti tanaman induk
·         Mudah cara pengerjaannya
·         Bisa diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak
(Setia Jaya, 2001).
Kelemahan
Adapun kelemahan perbanyakan tanaman secara stek batang ialah :
·         Perakarannya tidak kuat, karena tidak ada akar tunggang
·         Pada tanaman tertentu tingkat keberhasilannya sangat rendah
·         Hanya dapat dilakukan pada tanaman tertentu
Waktu yang baik untuk pembuatan stek adalah awal dari musim penghujan, maka baiknya saja menurut jadwal umum:
1.      Bulan Oktober s/d Desember; tahap Pengakaran di bak stek
2.      Bulan Januari s/d Oktober; tahap Pemeliharaan dan Pembibitan
3.      Bulan Oktober s/d Nopember; tahap Penanaman di kebun atau petanaman.
(Prastowo, 2010).       
Dalam bak stek ini kelembababn udara dapat diatur dengan pipa air yang berlubang-lubang, sehingga air dapat menetes dengan secara pelan pada tutup kaca yang dilapisi dengan kain. Kelembaban harus dijaga agar berkisar antara 85 sampai 90 persen. Temperatur dan intensitas cahaya dapat diatur dengan mempergunakan naungan buatan. Temperatur rata-rata kit usahakan berkisar antara 23 sampai dengan 26 derajat Celsius. Medium harus disiram secukupnya akan tetapi jangan sekali-kali tergenang air (Starfarm, 2010).
Bedengan stek ini biasanya dipergunakan didaerah yang agak tinggi dan mempunyai temperatur rata-rata lebih rendah. Kelembaban udara diatur dengan penyiraman air, setiap 2-3 jam pada siang hari. Sedangkan untuk temperatur dan intensitas cahaya diatur dengan naungan buatan, atau kombinasi naungan alam dan naungan buatan (Starfarm, 2010).
Pemindahan Stek
-       Setelah setek umur ± 3 bulan dilakukan penyesuaiandengan membuka sungkup secara bertahap, dan pada umur ± 4 bulan setek dipindahkan ke pembibitan dengan menggunakan kantong plastik yang berisi media pasir : tanah : pupuk kandang perbandingan 1 : 2 : 1.
- Bibit setek siap tanam di kebun setelah berumur ± 7 bulan di pembibitan.
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2003).
Pelaksanaan
Pelaksanaan penyetekan dilakukan sebagai berikut :
- Entres yang digunakan masih hijau dan lentur tidak terlalu muda atau tua. Umur entres antara 3-6 bulan, karena pada umur tersebut cukup baik untuk bahan setek.
- Entres kopi yang digunakan adalah pada ruas 2-4 dari pucuk. Pemotongan bahan setek menjadi satu ruas 6-8 cm sepasang daun yang dikupir, bagian pangkal dipotong miring satu arah.
- Setek yang sudah disiapkan ditanam dengan cara menancaapkan setek ke dalam media tumbuh sehingga daunnya menyentuh permukaan media. Setek ditanam setek tertanam tertutup/disungkup dengan plastik.
- Setelah setek selesai ditanam media tumbuh segera di siram air dengan menggunakan gembor secara hati hati agar tidak merusak media tumbuh. Penyiraman dapat dilakukan 1-2 hari sekali dengan membuka sungkup dan segera ditutup kembali.
 (Prastowo, 2010).
 KESIMPULAN
1.      Tanaman kopi akan mulai berbuga setelah berumur ± 2 tahun.
2.      Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah.
3.      Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) system pemasarannya.
4.      Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generative menggunakan benih atau biji.
5.      Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek dengan memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman.
 DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, 1999. Pengendalian Mutu Kopi dan Kakao Berdasarkan Standarisasi Nasional. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003 – 2005 (Kopi), Jakarta

http://foragri.blogsome.com., 2011. Kakao. Diakses tanggal 30 November 2012
http://plantamor.com., 2011., Theobroma cacao. Diakses tanggal                          30 November 2012
Karmawati, E., 2010. Budidaya dan Pascapanen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2003. Klon-Klon Unggul Kopi Robusta dan Beberapa Pilihan Komposisi Klon Berdasarkan Kondisi Lingkungan

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008. Varietas-Varietas Kopi Arabika Yang Telah Dilepas Oleh Menteri Pertanian

Prastowo, B., 2010. Budidaya Dan Pascap Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Starfarm. 2010. Proses Pengolahan Kopi Secara Umum. http://winbathin. multiply.com/journal/item/43/Proses_Pengolahan_Kopi_secara_umum)
Setia Jaya, 2001. Petunjuk Cara Perbanyakan Secara Stek, PT. Mekar Makmur, Bogor
Suhermanto Srasyid, SP, 1999. Stek Pada Tanaman Melati, Jakarta


Yahmadi, M., 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Jawa Timur

Kamis, 15 September 2016

budidaya tembakau

H
Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan di Jawa Timur yang sangat strategis bagi perekonomian nasional dan secara tidak langsung akan berdampak terhadap aspek sosial. Kontribusi tembakau terhadap perekonomian nasional adalah dalam kemampuannya menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang cukup banyak, diantaranya sebagai pemasok bahan baku (tembakau) untuk pabrik rokok (Galih, 2008). Selain digunakan sebagai bahan baku rokok, dengan berbagai zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya, tanaman tembakau juga dapat digunakan sebagai insektisida alami, zat pewarna alami, antioksidan, dan berbagai obat lainnya (Abdullah dan Soedarmanto, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian Susilowati (2006), dijelaskan bahwa tembakau dengan kandungan nikotinnya dapat digunakan sebagai insektisida alami yang cukup aman bagi lingkungan. Prospek industri benih tembakau di Indonesia belum menjanjikan sehingga industri benih tembakau tidak berkembang di Indonesia. Padahal benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pertanaman. Penggunaan benih unggul bermutu merupakan salah satu syarat utama untuk meningkatkan produksi tanaman termasuk tanaman tembakau. Penggunaan benih dengan mutu rendah akan menimbulkan berbagai kerugian diantaranya tenaga dan biaya dalam pelaksanaannya (http://repository.ipb.ac.id, 2011).
Benih tembakau merupakan benih ortodok, yaitu jenis benih yang tahan terhadap pengeringan dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Menurut Kuswanto (1996), kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi benih dalam penyimpanan. Kadar air benih yang tinggi pada benih ortodok (seperti benih tembakau) dapat menyebabkan terjadinya penurunan viabilitas benih, begitu juga sebaliknya kadar air benih terlalu rendah 3%-5% dapat menyebabkan penurunan waktu perkecambahan benih, benih menjadi keras, sehingga pada waktu dikecambahkan benih tidak dapat berimbibisi
dan dapat menyebabkan kematian embrio (Nadira, 2009).
Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas ekspor yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil, Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran
produksi tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah Amerika Latin dan Indonesia (Notohadiprawiro, 1998).
Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula, karet dan lain sebagainya (Soetopo, 2006).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui panen dan passcapanen tanaman tembakau deli (Nicotiana tabacum, L.).

Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Melengkapi Tugas Laboratorium Budidaya Tanaman Penyegar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkannya.
 TINJAUAN PUSTAKA


Botani Tanaman
Menurut http://www.plantamor.com (2011) sisitematika tanaman         tembakau  (Nicotiana tabacum, L.) adalah :  kingdom : Plantae,                         division : Spermatophyta, subdivision : Angiospermae, kelas : Dicotyledoneae, ordo : Personatae, familia : Solanaceae, genus : Nicotiana,                                Spesies : Nicotiana tabacum, (L.)
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Tanaman dari bibit cabutan terkadang mengalami gangguan kerusakan akar. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau yang subur terkadang dapat tumbuh sepanjag 0,75 m. Selain akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan akar yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang maupun pada akar serabut. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada berbagai macam faktor. Bila pengolahan tanah baik, akar adventif terdapat pada kedalaman 1 cm-30 cm. Akar tumbuh terbanyak pada kedalaman lapisan tanah 15-20 cm dari permukaan tanah atas (top soil) (Basuki, dkk, 1999).
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang
ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm (http://www.plantamor.com, 2011).
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga
merah jambu sampai merah tua pada bagian atas. Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet (Sulistyowati, dkk, 2010).
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji. Jumlah biji yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25 gram               (Basuki, dkk, 1999).
Biji tanaman tembakau mempunyai fungsi generatif, untuk perkembang biakan tanaman. Biji tembakau sangat kecil sehingga dalam 1cm3 dengan berat kurang lebih 0,5 g berisi sekitar 6000 butir biji. Setiap batang dapat menghasilkan 2 g biji (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Syarat  Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang dibutuhkan untuk tembakau cerutu menghendaki kisaran
curah hujan berkisar antara 1500 mm-2000 mm/tahun. Artinya untuk setiap tahunnya, areal yang akan ditanam tembakau tersebut harus mendapat siraman air hujan sebanyak 1500-2000 mm/tahun. Hal ini dapat dimengerti dengan setiap m2 pada areal tersebut mampu memperoleh air hujan sebanyak 1,5 m3- 2m3/tahun (Notohadiprawiro, 1998).
Dalam penanaman tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan ± 4 bulan kering. Jenis tembakau cerutu biasanya dipetik pada waktu awal musim hujan, sedangkan pengolahan lahan dan penanaman diusahakan pada saat misim kemarau ((http://repository.ipb.ac.id, 2011).
Suhu optimum tembakau yang dikehendaki adalah 270 C atau berkisar antara 220 C-330 C. Tanaman tembakau yang ditanam dibawah atau diatas batas suhu tersebut akan terganggu pertumbuhannya. Sedangkan kelembaban udara yang dikehendaki adalah 62 % sampai dengan 85 % (Notohadiprawiro, 1998).
Tanah  
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil dari pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang merupakan medium dari pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor iklim, bahan induk, bentuk wilayah dan waktu pembentukan tanah (http://repository.ipb.ac.id, 2011).
Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit berpori, pasir halus (tanah ringan) dengan aerasi yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau. Tekstur tanah alluvial liat berpasir adalah tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tembakau deli. pH tanah yang baik adalah sekitar 5-6. Tanaman tembakau baik tumbuh pada ketinggian ± 145 m di atas permukaan laut (Notohadiprawiro, 1998).
Hingga kini keunggulan tanah untuk tanaman tembakau deli masih satusatunya di dunia. Belum ada satu penelitian pun yang berhasil menyibak tabir rahasia keunggulan tanah Deli yang menghasilkan tembakau                           (Nikotiana tabaccum) terelit di dunia. Sudah banyak percobaan budidaya tembakau asal Deli ini di negeri asalnya. Namun, hasilnya tak sebaik mutu yang dihasilkan tanah Deli. Hal ini yang membuat varietas Deli 4 dan F1-45 semakin jadi primadona di pasar dunia (http://foragri.blogsome.com, 2011)

Pengertian Panen
Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut : Kematangan daun, keseragaman daun dalam proses penanaman, penanganan daun hasil panenan (Sulistyowati, dkk, 2010).
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis (Basuki, dkk, 1999).
Kriteria Panen
-        Mengutip baisanya bias dimulai saat tanaman petak 1 berumur 40-42 hari
-        Parameter yang terbaik adalah duduk daun dan warna daun. Daun yang layak di panen bila kedudukannya telah mebentuk sudut lancip dengan batang ≤ 45° dan ≥ 30° dan warnanya cerah hijau kekuning-kuningan
-        Jumlah warna khloropil, daun pasir (Z) 31-34 btr/cm², daun kaki 1 (VA) 35-38 btr/cm². pengukuran khloropil dilakukan sehari sebelum dikutip, pada pagi hari
-        Jenis daun yang dikutip adalah Z dan VA, daun baik dan daun pecah kecil dengan ukuran panjang Z ≥ 25 cm, VA ≥ 30 cm
-        Daun-daun yang tidak dicucuk harus ditanam dalam lubang
(Balai Penelitian Tembakau Deli, 2010).


Syarat Panen
Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari. Pemetikan dilakukan 1-3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu pemetikan tembakau NO dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan untuk tembakau VO dilakukan pada sore hari (setelah fotosintesis). Komposisi daun tembakau terdiri dari: daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6 lembar), daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing jenis tembakau (http://repository.ipb.ac.id, 2011).
Ciri daun tembakau yang telah masak adalah  warna daun sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna tangkai daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang ketuaan (Notohadiprawiro, 1998).
Pelaksanaan Kutip
1.      Menentukan hamparan panen kedalam 6 (enam) blok kutip, sesuai dengan blok tanam dengan populasi per blok 3100 – 3300 pokok. Hal ini sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana panen
2.      Blok kutipan harus tepat petakan, tidak lebih dan tidak kurang artinya tidak mencuri ke belakang dan harus selesai
3.      Pengutipan harus dimulai dari jam 05.00 WIB sampai selesai jam 08.00 WIB, kecuali saat pengutipan cuci kaki (pengutipan pertama) dimulai jam 07.00 WIB sebagai indicator embun pada permukaan daun sudah mulai hilang) dan selesai jam 09.00 WIB
4.      Pada saat cuci kaki harus bebas dari daun sendok (dibawah ukuran) / daun bibit
5.      Pengutipan cuci kaki dibatalkan jika sehari sebelumnya CH ≥ 5mm dan kutipan biasa dibatalkan jika CH ≥ 60 mm
6.      Tindakan yang harus dilaksanakan jika terjadi hujan lebat dan angin adalah karyawan tanaman mendirikan tanaman, karyawati membalik daun, segera membuat daftar kerugian akibat hujan dan angin
7.      Cara mengutip :
-          Dengan memegang pangkal tangkai daun dan dengan 2x gerakan kekiri dan kekanan daun dan harus dipotong
-          Dilarang memegangn daun dalam genggaman. Awas pecah kuping / memar / pepary / glassy
-          Arah mengutip dalam petakan harus membentuk huruf “U”
-          Hasil kutipan dari setiap 2 baris pada petakan normal lebar 10 m                 (± 2 tali) harus diletakkan diaatas tikar kutip, tidak boleh langsung diletakkan di tanah
-          Hasil kutipan dari setiap ½ petakan pada ladang normal gandok 20             (± 20 tali) harus disusun ke dalam peti
8.      Susunan  daun dalam peti :
-          Sususnan daun dalam peti harus mendatar (horizontal) atau tidur                3 baris, baris pertama dan kedua, tangkai daun menghadap dinding, barisan ketiga sebagai rabung
-          Isi setiap peti maksimum 40 tali
-          Peti tembakau hijau harus tertutup goni (tikar tutup) dan bila telah penuh harus segera disorong / diangkut ke gubuk kutip
-          Hasil kutipan harus maksimum 7.000 lembar atau 175 tali per kutipan dari blok kutipan uang maksimum 3.000 pokok – 3.300 pokok
(Balai Penelitian Tembakau Deli, 2010).
Pascapanen
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum sampai pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah sampai daun kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau setelah di panen antara lain:
  1. Pengumpulan
Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas. Kemasakan daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat atau tertekan secara mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar matahari.
  1. Penyortiran dan penggolongan
Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan yaitu berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam, Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.
  1. Curing
Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing:
-         Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10-15 %.
-         Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses.
Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering.
(Sulistyowati, dkk, 2010).
Beberapa tahapan curing, yaitu:
a. Penguningan
Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan terhadap hasil curling.
b. Pengikatan Warna
Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada suhu 43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada proses penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19 jam.
c. Pengeringan Lembar Daun
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30-32 jam.


d. Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang bisa dilapas didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas 72 C, karena tembakau akan terbakar.
(Notohadiprawiro, 1998)

 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. dan Soedarmanto. 2000. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna, Jakarta

Balai Penelitian Tembakau Deli, 2010. Pedoman Kultur Teknis Tembakau Deli. PTPN II
Basuki, S, Suwarso, A. Herwati, dan S. Yulaikah. 1999. Biologi dan Morfologi Tembakau Madura. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang

http://foragri.blogsome.com., 2011. Tembakau. Diakses tanggal                                          30 November 2012
http://plantamor.com., 2011., Nicotiana tabacum. Diakses tanggal                          30 November 2012
http://repository.ipb.ac.id., 2011. Tanaman Pertanian : Tanaman Budidaya. Diakses tanggal 30 November 2012
Nadira. 2009. Respon Penawaran Tembakau Madura (Nicotiana tabacum L.) (Studi Kasus di Kabupaten Pamekasan, Madura – Jawa Timur). Skripsi. Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univesitas Brawijaya: Malang

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Perguruan Tinggi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Soetopo. 2006. Panduan Teknis Budidaya Tembakau Madura. Dinas Kehutanan dan Perkebunan : Pamekasan
Sulistyowati,E. Sumartini,S. dan Abdurrakhman. 2010. Budidaya Tanaman Kakao. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang