A.
PASCA PANEN SIRIH
Penanganan dan pengelolaan pascapanen adalah
suatu perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian hingga produk siap
dikonsumsi. Penanganan dan pengelolaan pascapanen
tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang
mungkin timbul akibat perlakuan prapanen dan pascapanen yang kurang tepat.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian, misalnya terjadinya perubahan sifat
zat yang terdapat dalam tanaman, perlakuan dan cara panen yang tidak tepat,
masalah daerah produksi yang menyangkut keadaan
iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang diterapkan, limbah,
serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.
Tujuan pengelolaan pascapanen tanaman obat adalah
sebagai berikut :
- Mencegah
kerugian karena perlakuan prapanen yang tidak tepat.
- Menghindari
kerusakan akibat waktu dan cara panen yang tidak tepat.
- Mengurangi
kerusakan pada saat pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan saat
pendistribusian hasil panen.
- Menghindari
kerusakan karena teknologi pascapanen yang kurang tepat.
- Menekan
penyusutan kuantitatif dan kualitatif hasil.
- Terjaminnya
suplai bahan baku produksi tanaman obat meskipun tidak pada musimnya.
- Pengolahan
limbah yang dapat memberikan nilai tambah bagi produsen simplisia, contoh
sisa-sisa hasil pengolahan simplisia untuk pembuatan pupuk kompos.
- Meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan menjamin kelestariannya.
Setelah dipetik, daun disortir dan direndam
dalam air untuk membersikan kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas
hingga bersih dan ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang
tajam, bersih dan steril, dengan lebar irisan 1 cm. Hasil rajangan dikering
anginkan di atas tampah yang telah dialas kertas sampai kadar airnnya di bawah
12%, selama lebih kurang 3 – 4 hari. Rajangan daun yang telah kering dimasukkan
ke dalam kantong plastik transparan yang kedap air, bersama-sama dimasukan
silika gel untuk penyerap air, kemudian ditutup rapat. Kemasan diberi label tanggal
pengemasan selanjutnya disimpan di tempat kering dan bersih. Dengan penyimpanan
yang baik simplisia sirih merah dapat bertahan sampai 1 tahun.

Gambar
3. Perebusan Daun Sirih
Cara penggunaan simplisia sirih merah yaitu
dengan merebus sebanyak 3 – 4 potongan rajangan dengan satu gelas air
sampai mendidih. Setelah mendidih, rebusan tersebut disaring dan didinginkan.
Penggunaan sirih merah dapat dilakukan selain dalam bentuk simplisia juga dalam
bentuk teh, serbuk, dan ekstrak kapsul.
Pembuatan serbuk sirih merah yaitu diambil dari
simplisia yang telah kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder
mencapai ukuran 40 mesh. Pengemasan dilakukan pada kantong plastik transparan
dan diberi label. Sedangkan ekstrak kapsul dibuat dari hasil serbuk yang di
ekstrak dengan menggunakan etanol 70%. Ekstrak kental yang didapat ditambahkan
bahan pengisi tepung beras 50% dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 400C, setelah
kering dimasukkan ke dalam kapsul.
B.
EFEK FARMAKOLOGI DAUN SIRIH
Daun sirih memiliki aroma
yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas
tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung dalam minyak
atsiri. Di samping itu, faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih
adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai
ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan.
Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana
komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol,
cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten,
tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam
amino. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600
SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak
digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam
sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula, glukan juga merupakan
salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering
digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati pendarahan hidung /
mimisan.
Kandungan
kimia yang dimiliki daun sirih antara lain minyak atsiri, alkaloid, kadimen,
eugenol, eugenol metal eter, kariopilen dan etilbrenskatenin. selain itu, daun
sirih juga mengandung zat samak, enzim diastase, gula dan vitamin A
(Tampubolon, 1981). minyak atsiri dari daun sirih segar sepertiga bagian
terdiri dari fenol dan alkaloid yang memiliki daya pembunuh bakteri,
antioksidan, fungisida serta anti jamur. Dilaporkan oleh Amhed (1988), minyak
atsiri dari daun sirih mempunyai efek insektisida terhadap lebih dari 30 jenis
serangga dibandingkan dengan piperazine phosphate dan hexyl resorchinol pada
konsentrasi yang sama.
Kandungan eugenol pada
daun sirih mampu membunuh jamur Candida albicans, mencegah
ejakulasi dini, dan bersifat analgesik. Daun sirih memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridans, Actinomyces viscosus, dan
Staphylococcus aureus. . Secara tradisional, daun sirih telah digunakan
untuk menyembuhkan mata merah atau iritasi dengan merendam daun sirih dalam air
mendidih di wadah dan digunakan setelah air agak dingin. Daun sirih juga
digunakan untuk menghentikan perdarahan akibat mimisan dengan menggulung daun
sirih menyerupai rokok dan ujungnya yang runcing dimasukkan ke dalam lubang
hidung. Penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur dianjurkan jika mukosa
mulut mengalami pembengkakan, membersihkan nafas yang berbau (halitosis) akibat
gigi gangren serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka pencabutan
gigi.
C. TANAMAN SIRIH SEBAGAI
OBAT HERBAL
Infeksi menular
seksual (IMS) merupakan sal ah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
penting dalam kesehatan masyarakat. Data dari seluruh dunia melaporkan, IMS yang paling populer adalah trikomoniasis,
chlamydia genital, human papiloma virus, gonore, dan herpes genital. Prevalensi
IMS pada wanita di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara maju.
Dilaporkan di Indonesia, prevalensi IMS yang secara tidak sengaja ditemukan
pada pemeriksaan Pap Smear terhadap 6666 wanita usia 25-45 tahun dari 6
klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun penelitian lain di sebuah klinik di Bali
pada tahun 1987-1988 menemukan bahwa dari 695 wanita yang mengalami abortus,
53%nya diketahui menderita infeksi saluran reproduksi dan IMS. Diantara
penyebab IMS tersebut adalah protozoa Trichomonas vaginalis (Andra, 2007).
Trichomonas vaginalis adalah
protozoa patogen yang terdapat pada saluran kemih dan kelamin manusia yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Keputihan merupakan gejala awal terjadinya
vaginitis. Keputihan karena trikomoniasis dapat dibedakan dengan penyebab lain
seperti jamur dan bakteri. Pengobatan paling efektif untuk trikomoniasis adalah
dengan obat minum metronidazol. Dosis biasanya 2 gram dosis tunggal ataupun 500
miligram dua kali sehari selama tujuh hari. Secara umum, obat ini memiliki
efektivitas sebesar 90% pada wanita yang terinfeksi.Obat ini tidak boleh
diberikan bila penderita dalam keadaan hamil 3 bulan pertama karena efeknya
pada janin.
Dewasa ini perkembangan pengobatan telah
mengarah kembali ke alam
(Back
to nature) karena obat tradisional telah terbukti lebih aman dan tidak
menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obat kimia. Salah satu tanaman
yang
telah lama digunakan oleh masyarakat untuk mengobati keputihan tersebut
adalah
air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum). Kandungan kimia yang
terdapat
dalam daun sirih merah diantaranya adalah senyawa fitokimia yakni
alkaloid,
saponin, tannin, flavonoid dan minyak atsiri seperti hidroksikavicol, kavicol,
kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen,
kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada. Diduga kandungan minyak atsiri
dalam daun tersebut dapat memberikan aktivitas antiseptik terhadap T.
vaginalis sebagai salah satu penyebab keputihan (vaginitis). Selama ini
pemanfaatan sirih merah di masyarakat hanya berdasarkan pengalaman yang
dilakukan secara turun temurun. Hipotesis ini masih harus dibuktikan dengan
data ilmiah.
Menurut penelitian Kusuma,S.A.F., Sumiwi,S.A., Febriana,E.,
Tjitraresmi,A. 2009 tentang Pengembangan Sirih Merah (Piper Crocatum)
Sebagai Herbal Terstandar Untuk Mengatasi Keputihan Terhadap Trichomonas
Vaginalis diperoleh sebagai
berikut.
Tahapan pembuatan :
1.
Pengumpulan
dan determinasi tumbuhan
Hasil determinasi daun sirih merah telah
dilakukan di Jurusan Biologi FMIPA UNPAD menunjukkan bahwa tanaman yang
digunakan sesuai dengan tanaman uji yang diperlukan yaitu Piper crocatum Ruiz
& Pav.
2.
Pembuatan
ekstrak etanol sirih merah
Ekstraksi dilakukan menggunakan
metode maserasi atau perendaman.
Metode
ini dipilih untuk mencegah kerusakan komponen senyawa-senyawa oleh
suhu
yang tinggi. Berdasarkan rumus, diperoleh rendemen ekstrak sebesar 16,13%.
3.
Uji
farmakologis
3.1 Persiapan
Medium
Medium yang digunakan terdiri dari
trypticase, maltosa, Bacto agar, L. cystein Hidrochloride, methylene
blue dan air suling. Bahan-bahan tersebut kecuali methylene blue ditaruh
di dalam Erlenmeyer. Kemudian ditaruh di atas api
dan
dibiarkan sampai mendidih. Setelah mendidih disaring dengan kertas saring
dan
ditambahkan air suling. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan methylene
blue,
kemudian pH diukur menggunakan kertas pH nitrase sampai pH 6,00. Kemudian
larutan tersebut dibagi dalam beberapa tabung dan disterilkan menggunakan
autoklaf.
3.2. Isolasi Serum Kuda
Serum kuda ini diperlukan sebagai salah
satu komposisi media pertumbuhan T. vaginalis. Sebanyak 300 mL
darah kuda ditampung dalam beberapa tabung heparin kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm setiap 2 menit. Serum terpisah
dari pelet sel darah merah pada posisi paling atas dengan warna kuning bening.
Serum yang diperoleh tersebut disimpan pada suhu -40C (suhu freezeer).
3.2 Pengambilan
Isolat klinik Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis yang
digunakan pada penelitian ini merupakan hasil isolasi dari sekret vagina
wanita tuna susila yang berada pada salah satu pusat rehabilitasi di
Jakarta. Skrining keberadaan T. vaginalis dilakukan terhadap enam orang
wanita tuna susila. Sekret vagina masing-masing penderita tersebut diambil dengan
cara membuka bibir vagina menggunakan alat cocor bebek, kemudian sekret
diambil dengan memulasnya menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi tersebut
kemudian dicelupkan ke dalam larutan NaCl fisiologis steril. Suspensi sekret
tersebut kemudian dioleskan pada kaca objek dan diperiksa di bawah mikroskop
untuk mengetahui keberadaan T. vaginalis. Isolat T. vaginalis yang
digunakan adalah T. vaginalis yang masih bergerak aktif. Pergerakan T.
Vaginalis tersebut menunjukkan bahwa T. vaginalis tersebut
hidup dan dapat digunakan sebagai bahan uji. Sampel sekret yang
menunjukkan adanya pergerakan T. vaginalis, langsung diinokulasikan ke
dalam medium cair pert umbuhan T. vaginalis. Diantara
wanita tersebut, beberapa telah diobati dengan metronidazole. Dengan
demikian, diduga akan ditemukan T. vaginalis yang sudah mati atau tidak
aktif.
3.3 Inokulasi
Trichomonas vaginalis
Sebelum medium
digunakan, media direbus sehingga methilene blue dapat
tercampur
kembali dan dibiarkan hingga dingin. Ditambahkan serum kuda ke
dalam
media dan ditambahkan PENSTREP (penicilline dan streptomycine). Penambahan
antibiotik ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
yang
mungkin terdapat pula dalam sekret vagina. Cairan flour albus dari
pasien
yang
positif trichomonas dimasukkan ke dalam medium. Biakan tersebut kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Jumlah sel T. vaginalis
dalam
tiap suspensi dihitung menggunakan pengamatan bilik hitung. Sampel yang
akan
digunakan adalah sampel dengan jumlah sel T. vaginalis yang terbanyak.
3.5 Uji Aktivitas Antitrichomonas
Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah
Terhadap
T. Vaginalis
Aktivitas antitrichomonas ekstrak
dilakukan menggunakan medium cair
yang
mengandung ekstrak etanol sirih merah pada beberapa tingkat konsentrasi
yaitu
20, 40, 60 dan 80% dengan menggunakan DMSO sebagai pelarut. Ke dalam
5
ml media uji, dimasukkan suspensi T. vaginalis sebanyak 5 μL yang telah
diketahui
mengandung 32 sel T. vaginalis. Sebagai obat pembanding digunakan
metronidazol.
Kontrol yang digunakan adalah kontrol negatif yang terdiri dari
media
cair petumbuhan T. vaginalis, kontrol positif berupa media cair
pertumbuhan yang diinokulasikan dengan T. vaginalis dan kontrol lainnya
yang
terdiri
dari media cair yang diinokulasikan dengan T. vaginalis kemudian diberi
penambahan
DMSO yang merupakan pelarut ekstrak. Media uji dan kontrol tersebut kemudian
diinkubasi pada suhu 37 0C selama 18-24 jam. Aktivitas antitrichomonas
ditunjukkan melalui pengamatan pergerakan sel T. vaginalis di
bawah
mikroskop. Pengamatan dilakukan selama dua hari. Bentuk sel T. vaginalis dapat
dilihat dengan menggunakan pewarnaan giemsa.
3.6 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM)
Penentuan KHM dilakukan untuk menetapkan
dosis minimum ekstrak
etanol
daun sirih merah yang masih dapat memberikan aktivitas antitrichomonas
terhadap
T. vaginalis. Pada tahap ini, dilakukan pengujian aktivitas anti
trichomonas pada beberapa tingkat dosis uji yaitu 0,675; 1,25; 2,5; 5 dan 10% .
Penentuan
KHM ini dilakukan menggunakan metode KHM cair. ditunjukkan
melalui
pengamatan pergerakan sel T. vaginalis di bawah mikroskop. Pengamatan
dilakukan
selama dua hari. Nilai KHM terletak pada konsentrasi terkecil yang
dapat
membunuh T. vaginalis. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bergeraknya T.
vaginalis
pada pengamatan di bawah mikroskop.
Hasil
Tabel 1. Jumlah sel T.
vaginalis yang masih bergerak Dalam Sampel Biakan

Berdasarkan data dalam tabel tersebut,
dapat diketahui bahwa biakan sampel nomor 1 memiliki jumlah T. vaginalis yang
masih banyak aktif bergerak. Hal ini ditunjang dengan informasi dari pusat
rehabilitasi, bahwa penderita tersebut memang baru terjaring dan belum diobati.
Dengan demikian, biakan dari
penderita
nomor 1 tersebut digunakan sebagai mikroba uji pada penelitian ini.

Hasil pengujian aktivitas
antitrichomonas ekstrak etanol daun sirih merah menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak semakin besar pula jumlah sel T. vaginalis yang
mati. Terdapat penurunan yang tajam dari jumlah sel T. vaginalis dalam
suspensi awal yaitu 32 sel dibandingkan jumlah T. vaginalis yang masih
bergerak setelah diberi perlakuan ekstrak. Besarnya daya bunuh tersebut
menunjukkan aktivitas antitrichomas yang dihasilkan oleh komponen aktif yang
terdapat dalam ekstrak. Kenaikan jumlah sel T. vaginalis dalam control
positif menunjukkan bahwa media cair yang digunakan merupakan media yang
optimum untuk pertumbuhan T. vaginalis. Berdasarkan hasil uji aktivitas,
dapat dibuktikan bahwa DMSO yang digunakan sebagai pelarut ekstrak tidak
memiliki daya bunuh terhadap T. vaginalis.
Tabel 3 Data Pergerakan
T. vaginalis Hasil Uji KHM

Berdasarkan
data dalam tabel tersebut, dapat diketahui bahwa konsentrasi hambat minimum
ekstrak sirih merah terhadap T. vaginalis terletak antara 2,5-5%.
Penggunaan sirih merah dapat digunakan
dalam bentuk segar, simplisia maupun ekstrak kapsul. Secara empiris sirih merah
dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes militus, hepatitis,
batu ginjal, me-nurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi,
radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri
sendi dan memperhalus kulit. Sirih merah banyak di-gunakan pada klinik herbal
center sebagai ramuan atau terapi bagi penderita yang tidak dapat disembuhkan
dengan obat kimia.
Beberapa
ramuan tradisional daun sirih sebagai obat herbal pada berbagai penyakit:
-
Sariawan
Bahan:
Daun sirih segar 1-2 lembar
Cara
pembuatan:
Daun sirih dibersihkan, dikunyah
perlahan- lahan. Dibiarkan sebentar dalam mulut sebelum ditelan, minum air
hangat yang sudah dimasak. Sehari dilakukan 3 x.
-
Mimisan
Bahan:
Daun sirih secukupnya
Cara
pemakaian:
Daun sirih dibersihkan , remas-remas
atau gulung kecil. Masukkan, kelubang hidung yang berdarah (sampai menyumbat),
sambil tekan hidung dari luar.

(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2015).
KESIMPULAN
Penanganan dan pengelolaan pascapanen tanaman obat dilakukan terutama
untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul akibat perlakuan
prapanen dan pascapanen yang kurang tepat.
Daun sirih mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri
sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur.
Hasil pengujian aktivitas
antitrichomonas ekstrak etanol daun sirih merah menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan
maka semakin banyak pula jumlah sel T.
vaginalis yang mati. Kematian sel T. Vaginalis tersebut ditandai dengan tidak adanya pergerakan dari sel
tersebut. Konsentrasi hambat minimum
ekstrak sirih merah terhadap T. vaginalis terletak antara 2,5-5%.
DAFTAR
PUSTAKA
Andra,
2007, Trikomoniasis, Racikan
Utama, Vol.7 No.1, Agustus 2007.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.
2015. Palembang.
Gustiyuda, M. 2009. Teknik Perbanyakan Sirih Merah
Secara Cangkok di CV.Indmira.Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kusuma,S.A.F., Sumiwi,S.A., Febriana,E., Tjitraresmi,A. 2009.
Pengembangan Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Herbal Terstandar
Untuk Mengatasi Keputihan Terhadap Trichomonas Vaginalis. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.
Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar