Senin, 12 September 2016

PASCA PANEN SIRIH

A.    PASCA PANEN SIRIH
Penanganan dan pengelolaan pascapanen adalah suatu perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian hingga produk siap dikonsumsi. Penanganan dan pengelolaan  pascapanen tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul akibat perlakuan prapanen dan pascapanen yang kurang tepat. Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian, misalnya terjadinya perubahan sifat zat yang terdapat dalam tanaman, perlakuan dan cara panen yang tidak tepat, masalah daerah produksi yang menyangkut keadaan  iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang diterapkan, limbah, serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.
Tujuan pengelolaan pascapanen tanaman obat adalah sebagai berikut :
  1. Mencegah kerugian karena perlakuan prapanen yang tidak tepat.
  2. Menghindari kerusakan akibat waktu dan cara panen yang tidak tepat.
  3. Mengurangi kerusakan pada saat pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan saat pendistribusian hasil  panen.
  4. Menghindari kerusakan karena teknologi pascapanen yang kurang tepat.
  5. Menekan penyusutan kuantitatif dan kualitatif hasil.
  6. Terjaminnya suplai bahan baku produksi tanaman obat meskipun tidak pada musimnya.
  7. Pengolahan limbah yang dapat memberikan nilai tambah bagi produsen simplisia, contoh sisa-sisa hasil pengolahan simplisia untuk pembuatan pupuk kompos.
  8. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan menjamin kelestariannya.
Setelah dipetik, daun disortir dan direndam dalam air untuk membersikan kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas hingga bersih dan ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang tajam, bersih dan steril, dengan lebar irisan 1 cm. Hasil rajangan dikering anginkan di atas tampah yang telah dialas kertas sampai kadar airnnya di bawah 12%, selama lebih kurang 3 – 4 hari. Rajangan daun yang telah kering dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang kedap air, bersama-sama dimasukan silika gel untuk penyerap air, kemudian ditutup rapat. Kemasan diberi label tanggal pengemasan selanjutnya disimpan di tempat kering dan bersih. Dengan penyimpanan yang baik simplisia sirih merah dapat bertahan sampai 1 tahun.
Gambar 3. Perebusan Daun Sirih
Cara penggunaan simplisia sirih merah yaitu dengan merebus sebanyak               3 – 4 potongan rajangan dengan satu gelas air sampai mendidih. Setelah mendidih, rebusan tersebut disaring dan didinginkan. Penggunaan sirih merah dapat dilakukan selain dalam bentuk simplisia juga dalam bentuk teh, serbuk, dan ekstrak kapsul.
Pembuatan serbuk sirih merah yaitu diambil dari simplisia yang telah kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder mencapai ukuran 40 mesh. Pengemasan dilakukan pada kantong plastik transparan dan diberi label. Sedangkan ekstrak kapsul dibuat dari hasil serbuk yang di ekstrak dengan menggunakan etanol 70%. Ekstrak kental yang didapat ditambahkan bahan pengisi tepung beras 50% dan dikeringkan dengan  menggunakan oven pada suhu 400C, setelah kering dimasukkan ke dalam kapsul.
B.     EFEK FARMAKOLOGI DAUN SIRIH
Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Di samping itu, faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan.
Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam amino. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula, glukan juga merupakan salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati pendarahan hidung / mimisan. 
Kandungan kimia yang dimiliki daun sirih antara lain minyak atsiri, alkaloid, kadimen, eugenol, eugenol metal eter, kariopilen dan etilbrenskatenin. selain itu, daun sirih juga mengandung zat samak, enzim diastase, gula dan vitamin A (Tampubolon, 1981). minyak atsiri dari daun sirih segar sepertiga bagian terdiri dari fenol dan alkaloid yang memiliki daya pembunuh bakteri, antioksidan, fungisida serta anti jamur. Dilaporkan oleh Amhed (1988), minyak atsiri dari daun sirih mempunyai efek insektisida terhadap lebih dari 30 jenis serangga dibandingkan dengan piperazine phosphate dan hexyl resorchinol pada konsentrasi yang sama.
Kandungan eugenol pada daun sirih mampu membunuh jamur                        Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan bersifat analgesik. Daun sirih memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridans, Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus aureus. . Secara tradisional, daun sirih telah digunakan untuk menyembuhkan mata merah atau iritasi dengan merendam daun sirih dalam air mendidih di wadah dan digunakan setelah air agak dingin. Daun sirih juga digunakan untuk menghentikan perdarahan akibat mimisan dengan menggulung daun sirih menyerupai rokok dan ujungnya yang runcing dimasukkan ke dalam lubang hidung. Penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur dianjurkan jika mukosa mulut mengalami pembengkakan, membersihkan nafas yang berbau (halitosis) akibat gigi gangren serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka pencabutan gigi.
C.    TANAMAN SIRIH SEBAGAI OBAT HERBAL
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan sal ah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah penting dalam kesehatan masyarakat. Data dari seluruh dunia melaporkan, IMS yang paling populer adalah trikomoniasis, chlamydia genital, human papiloma virus, gonore, dan herpes genital. Prevalensi IMS pada wanita di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara maju. Dilaporkan di Indonesia, prevalensi IMS yang secara tidak sengaja ditemukan pada pemeriksaan Pap Smear terhadap 6666 wanita usia 25-45 tahun dari 6 klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun penelitian lain di sebuah klinik di Bali pada tahun 1987-1988 menemukan bahwa dari 695 wanita yang mengalami abortus, 53%nya diketahui menderita infeksi saluran reproduksi dan IMS. Diantara penyebab IMS tersebut adalah protozoa Trichomonas vaginalis                   (Andra, 2007).
Trichomonas vaginalis adalah protozoa patogen yang terdapat pada saluran kemih dan kelamin manusia yang ditularkan melalui hubungan seksual. Keputihan merupakan gejala awal terjadinya vaginitis. Keputihan karena trikomoniasis dapat dibedakan dengan penyebab lain seperti jamur dan bakteri. Pengobatan paling efektif untuk trikomoniasis adalah dengan obat minum metronidazol. Dosis biasanya 2 gram dosis tunggal ataupun 500 miligram dua kali sehari selama tujuh hari. Secara umum, obat ini memiliki efektivitas sebesar 90% pada wanita yang terinfeksi.Obat ini tidak boleh diberikan bila penderita dalam keadaan hamil 3 bulan pertama karena efeknya pada janin.
Dewasa ini perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam
(Back to nature) karena obat tradisional telah terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obat kimia. Salah satu tanaman
yang telah lama digunakan oleh masyarakat untuk mengobati keputihan tersebut
adalah air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum). Kandungan kimia yang
terdapat dalam daun sirih merah diantaranya adalah senyawa fitokimia yakni
alkaloid, saponin, tannin, flavonoid dan minyak atsiri seperti hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada. Diduga kandungan minyak atsiri dalam daun tersebut dapat memberikan aktivitas antiseptik terhadap T. vaginalis sebagai salah satu penyebab keputihan (vaginitis). Selama ini pemanfaatan sirih merah di masyarakat hanya berdasarkan pengalaman yang dilakukan secara turun temurun. Hipotesis ini masih harus dibuktikan dengan data ilmiah.
Menurut penelitian Kusuma,S.A.F., Sumiwi,S.A., Febriana,E., Tjitraresmi,A. 2009 tentang Pengembangan Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Herbal Terstandar Untuk Mengatasi Keputihan Terhadap Trichomonas Vaginalis diperoleh sebagai berikut.
Tahapan pembuatan :
1.      Pengumpulan dan determinasi tumbuhan
Hasil determinasi daun sirih merah telah dilakukan di Jurusan Biologi FMIPA UNPAD menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan sesuai dengan tanaman uji yang diperlukan yaitu Piper crocatum Ruiz & Pav.
2.      Pembuatan ekstrak etanol sirih merah
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi atau perendaman.
Metode ini dipilih untuk mencegah kerusakan komponen senyawa-senyawa oleh
suhu yang tinggi. Berdasarkan rumus, diperoleh rendemen ekstrak sebesar 16,13%.
3.      Uji farmakologis
3.1  Persiapan Medium
Medium yang digunakan terdiri dari trypticase, maltosa, Bacto agar, L. cystein Hidrochloride, methylene blue dan air suling. Bahan-bahan tersebut kecuali methylene blue ditaruh di dalam Erlenmeyer. Kemudian ditaruh di atas api
dan dibiarkan sampai mendidih. Setelah mendidih disaring dengan kertas saring
dan ditambahkan air suling. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan methylene
blue, kemudian pH diukur menggunakan kertas pH nitrase sampai pH 6,00. Kemudian larutan tersebut dibagi dalam beberapa tabung dan disterilkan menggunakan autoklaf.
3.2. Isolasi Serum Kuda
Serum kuda ini diperlukan sebagai salah satu komposisi media pertumbuhan T. vaginalis. Sebanyak 300 mL darah kuda ditampung dalam beberapa tabung heparin kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm setiap 2 menit. Serum terpisah dari pelet sel darah merah pada posisi paling atas dengan warna kuning bening. Serum yang diperoleh tersebut disimpan pada suhu -40C (suhu freezeer).
3.2  Pengambilan Isolat klinik Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil isolasi dari sekret vagina wanita tuna susila yang berada pada salah satu pusat rehabilitasi di Jakarta. Skrining keberadaan T. vaginalis dilakukan terhadap enam orang wanita tuna susila. Sekret vagina masing-masing penderita tersebut diambil dengan cara membuka bibir vagina menggunakan alat cocor bebek, kemudian sekret diambil dengan memulasnya menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi tersebut kemudian dicelupkan ke dalam larutan NaCl fisiologis steril. Suspensi sekret tersebut kemudian dioleskan pada kaca objek dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui keberadaan T. vaginalis. Isolat T. vaginalis yang digunakan adalah T. vaginalis yang masih bergerak aktif. Pergerakan T. Vaginalis tersebut menunjukkan bahwa T. vaginalis tersebut hidup dan dapat digunakan sebagai bahan uji. Sampel sekret yang menunjukkan adanya pergerakan T. vaginalis, langsung diinokulasikan ke dalam medium cair pert umbuhan T. vaginalis. Diantara wanita tersebut, beberapa telah diobati dengan metronidazole. Dengan demikian, diduga akan ditemukan T. vaginalis yang sudah mati atau tidak aktif.
3.3  Inokulasi Trichomonas vaginalis
Sebelum medium digunakan, media direbus sehingga methilene blue dapat
tercampur kembali dan dibiarkan hingga dingin. Ditambahkan serum kuda ke
dalam media dan ditambahkan PENSTREP (penicilline dan streptomycine). Penambahan antibiotik ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
yang mungkin terdapat pula dalam sekret vagina. Cairan flour albus dari pasien
yang positif trichomonas dimasukkan ke dalam medium. Biakan tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Jumlah sel T. vaginalis
dalam tiap suspensi dihitung menggunakan pengamatan bilik hitung. Sampel yang
akan digunakan adalah sampel dengan jumlah sel T. vaginalis yang terbanyak.
3.5 Uji Aktivitas Antitrichomonas Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah
Terhadap T. Vaginalis
Aktivitas antitrichomonas ekstrak dilakukan menggunakan medium cair
yang mengandung ekstrak etanol sirih merah pada beberapa tingkat konsentrasi
yaitu 20, 40, 60 dan 80% dengan menggunakan DMSO sebagai pelarut. Ke dalam
5 ml media uji, dimasukkan suspensi T. vaginalis sebanyak 5 μL yang telah
diketahui mengandung 32 sel T. vaginalis. Sebagai obat pembanding digunakan
metronidazol. Kontrol yang digunakan adalah kontrol negatif yang terdiri dari
media cair petumbuhan T. vaginalis, kontrol positif berupa media cair pertumbuhan yang diinokulasikan dengan T. vaginalis dan kontrol lainnya yang
terdiri dari media cair yang diinokulasikan dengan T. vaginalis kemudian diberi
penambahan DMSO yang merupakan pelarut ekstrak. Media uji dan kontrol tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C selama 18-24 jam. Aktivitas antitrichomonas ditunjukkan melalui pengamatan pergerakan sel T. vaginalis di
bawah mikroskop. Pengamatan dilakukan selama dua hari. Bentuk sel T. vaginalis dapat dilihat dengan menggunakan pewarnaan giemsa.
3.6 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Penentuan KHM dilakukan untuk menetapkan dosis minimum ekstrak
etanol daun sirih merah yang masih dapat memberikan aktivitas antitrichomonas
terhadap T. vaginalis. Pada tahap ini, dilakukan pengujian aktivitas anti trichomonas pada beberapa tingkat dosis uji yaitu 0,675; 1,25; 2,5; 5 dan 10% .
Penentuan KHM ini dilakukan menggunakan metode KHM cair. ditunjukkan
melalui pengamatan pergerakan sel T. vaginalis di bawah mikroskop. Pengamatan
dilakukan selama dua hari. Nilai KHM terletak pada konsentrasi terkecil yang
dapat membunuh T. vaginalis. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bergeraknya T.
vaginalis pada pengamatan di bawah mikroskop.
Hasil
Tabel 1. Jumlah sel T. vaginalis yang masih bergerak Dalam Sampel Biakan
Berdasarkan data dalam tabel tersebut, dapat diketahui bahwa biakan sampel nomor 1 memiliki jumlah T. vaginalis yang masih banyak aktif bergerak. Hal ini ditunjang dengan informasi dari pusat rehabilitasi, bahwa penderita tersebut memang baru terjaring dan belum diobati. Dengan demikian, biakan dari
penderita nomor 1 tersebut digunakan sebagai mikroba uji pada penelitian ini.
Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap T. vaginalis
Hasil pengujian aktivitas antitrichomonas ekstrak etanol daun sirih merah menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak semakin besar pula jumlah sel T. vaginalis yang mati. Terdapat penurunan yang tajam dari jumlah sel T. vaginalis dalam suspensi awal yaitu 32 sel dibandingkan jumlah T. vaginalis yang masih bergerak setelah diberi perlakuan ekstrak. Besarnya daya bunuh tersebut menunjukkan aktivitas antitrichomas yang dihasilkan oleh komponen aktif yang terdapat dalam ekstrak. Kenaikan jumlah sel T. vaginalis dalam control positif menunjukkan bahwa media cair yang digunakan merupakan media yang optimum untuk pertumbuhan T. vaginalis. Berdasarkan hasil uji aktivitas, dapat dibuktikan bahwa DMSO yang digunakan sebagai pelarut ekstrak tidak memiliki daya bunuh terhadap T. vaginalis.


Tabel 3 Data Pergerakan T. vaginalis Hasil Uji KHM
Berdasarkan data dalam tabel tersebut, dapat diketahui bahwa konsentrasi hambat minimum ekstrak sirih merah terhadap T. vaginalis terletak antara 2,5-5%.
Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia maupun ekstrak kapsul. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes militus, hepatitis, batu ginjal, me-nurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit. Sirih merah banyak di-gunakan pada klinik herbal center sebagai ramuan atau terapi bagi penderita yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia.
Beberapa ramuan tradisional daun sirih sebagai obat herbal pada berbagai penyakit:
-          Sariawan
Bahan:
􀂙 Daun sirih segar 1-2 lembar
Cara pembuatan:
Daun sirih dibersihkan, dikunyah perlahan- lahan. Dibiarkan sebentar dalam mulut sebelum ditelan, minum air hangat yang sudah dimasak. Sehari dilakukan 3 x.
-          Mimisan
Bahan:
􀂙 Daun sirih secukupnya
Cara pemakaian:
Daun sirih dibersihkan , remas-remas atau gulung kecil. Masukkan, kelubang hidung yang berdarah (sampai menyumbat), sambil tekan hidung dari luar.

(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI,  2015).
























KESIMPULAN
Penanganan dan pengelolaan  pascapanen tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul akibat perlakuan prapanen dan pascapanen yang kurang tepat.
Daun sirih mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur.
Hasil pengujian aktivitas antitrichomonas ekstrak etanol daun sirih merah menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin banyak pula jumlah sel T. vaginalis yang mati. Kematian sel T. Vaginalis tersebut ditandai dengan tidak adanya pergerakan dari sel tersebut. Konsentrasi hambat minimum ekstrak sirih merah terhadap T. vaginalis terletak antara 2,5-5%.














DAFTAR PUSTAKA
Andra, 2007, Trikomoniasis, Racikan Utama, Vol.7 No.1, Agustus 2007.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI. 2015. Palembang.

Gustiyuda, M. 2009. Teknik Perbanyakan Sirih Merah Secara Cangkok di  CV.Indmira.Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Kusuma,S.A.F., Sumiwi,S.A., Febriana,E., Tjitraresmi,A. 2009. Pengembangan Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Herbal Terstandar Untuk Mengatasi Keputihan Terhadap Trichomonas Vaginalis. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Semarang.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar