Jumat, 16 September 2016

BUDIDAYA KOPI

BAb
Bagaimana cara budidaya tanaman kopi ? 
Latar Belakang
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia meng-ekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00 (Pusat Data dan Statistik Pertanian, 2006). Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat (Prastowo, 2010).
Tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya bias ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi budidaya kopi poliklonal. Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) system pemasarannya. Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar. Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bias dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi (           Darmawijaya, 1999).
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit (Karmawati, 2010).
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generative menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generative lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal). Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan kopi secara klonal adalah sebagai berikut: mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya, utu hasil seragam, memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah,, memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal (Yahmadi, 2007).
Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek hanya memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman (Karmawati, 2010).
 TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman

Dalam http://www.plantamor.com (2011) sisitematika tanaman kopi                 (Coffea Sp) adalah : kingdom : Plantae, divisio: Spermatophyta,                     subdivision : Angiospermae, kelas : Dicotyledoneae, ordo : Rubiales,                         familia : Rubiaceae, genus : Cofea, spesies : Coffea Sp
Akar yang lupus masuk kedalam tanah, berbunga untuk tegaknya tanaman dan penolong bila terjadi kekeringan. Pada akar tunggal sering timbal akar yang di camping di sebut akar lebar. Pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar rambut dan bulu-bulu akar, yang berguna untuk mengisap tanaman (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hamper pada tiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang tegak lurus , yang direbut cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut ( wiwilan0 tunas air atau cabang air (http://www.plantamor.com, 2011).
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada ketiak (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Tanaman kopi akan mulai berbuga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang produksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangast muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder  dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol (direktorat Jendral Perkebunan, 2006).
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi (lanang) (http://www.plantamor.com, 2011).
Syarat  Tumbuh
Iklim
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl, namun demikian yang terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta. Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia
sampai saat ini sebagian besar berada di ketinggian antara 700 sampai 900 m dpl. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2003).
Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi (http://foragri.blogsome.com, 2011).
Pohon kopi tidak dapat tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angina ini akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah pada perkebunan. Selain mempertinggi penguapan dapat juga mematahkan dan merebah pohon pelindung yang tinggi, sehingga dapat merusak tanaman dibawahnya.Untuk mengurangi kerasnya guncangan angina ditepi-tepi perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Selain itu pohon pelindung dapat mengurangi derasnya guncangan angin (http://www.plantamor.com, 2011).
Tanah  
Tanaman kopi menghendaki persyaratan kondisi tanah yang subur dan mempunyai solum tanah yang cukup dalam (kurang lebih 1,5m).Jenis tanah yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi adalah mempunyai struktur tanah yang baik, mengandung bahan organic paling sedikit 3%, memiliki tata udara dan tata air yang baik                                                                        (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi mempunyai sifat yang Sangat khusus dipengaruhi oleh linkungan, bahkan tanaman kopi mempunyai sifat yang sangat khusus karena masing-masing jenis kopi menhendaki suhu dan ketinggian tempat yang berbeda-beda. Tanaman kopi pada umumnya menghendaki keadaan wilayah yang tinggi tempat 700-2000m dpl. Khususnya pada tanaman kopi jenis arabika mempunyai keadaan wilayah atau ketinggian tempat 1000-1700mdpl. Makadari dari sini dapat diuraikan klas-klas lahan yang dihendaki oleh tanaman kopi adalah sebagai berikut: Dadasarkan pada lahan atau linkungan dan iklim sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam menentukan klas suatu lahan harus ditentukan tasa faktor yang mempunyai level yang paling rendah (Starfarm, 2010).
Kemasaman (pH) tanah merupakan faktor paling penting dan merupakan indikator ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pada pH > 8 (alkalis) menyebabkan khlorosis karena Fe, Mn, Zn, Cu tidak dapat diserap oleh akar tanaman kakao, sebaliknya pada pH < 4 (masam) terjadi keracunan karena Fe, Mn, Zn, Cu tersedia dalam jumlah yang berlebihan. Tanaman kakao dapat tumbuh pada pH 4 – 8, tetapi yang baik adalah sekitar pH 6,0 – 7,0                                       (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao I
PERBANYAKAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp) 

SECARA STEK
Pengertian Stek
Merupakan proses perbanyakan kopi untuk menumbuhkan akar entres kopi dengan menggunakan media tumbuh dan lingkungan. Media tumbuh yang digunakan untuk penyetekan kopi terdiri dari campuran pasir, pupuk kandang/humus dengan perbandingan 3:1. Hal ini dimaksudkan agar mampu menahan lengas tanah cukup lama tetapi aerasi dan drainasinya baik. Untuk bagian paling bawah media tumbuh diberi pecahan batu dan kerikil setebal 30 cm. Kondisi lingkungan untuk penyetekan kopi, disusun dalam bedengan yang dibuat memanjang dengan ukuran lebar 1,25 m dengan panjang 5-10 meter atau dapat menyesuaikan dengan keadaan tempat yang tersedia, kemudian di buat tutup bedengan/sungkup plastik dengan tinggi 60 cm. Bedengan setek di beri naungan yang cukup terbuat dari para-para (dari anyaman daun kelapa), disarankan penyetekan dilakukan di bawah pohon pelindung lamtoro atau jenis pepohonan lainnya yang dapat meneruskan cahaya (Direktorat Jendral Perkebunan, 2006).
Keuntungan
Dibawah ini merupakan sedikit penjelasan tentang keuntungan perbanyakan tanaman secara stek :
·         Memiliki keunggulan seperti tanaman induk
·         Mudah cara pengerjaannya
·         Bisa diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak
(Setia Jaya, 2001).
Kelemahan
Adapun kelemahan perbanyakan tanaman secara stek batang ialah :
·         Perakarannya tidak kuat, karena tidak ada akar tunggang
·         Pada tanaman tertentu tingkat keberhasilannya sangat rendah
·         Hanya dapat dilakukan pada tanaman tertentu
Waktu yang baik untuk pembuatan stek adalah awal dari musim penghujan, maka baiknya saja menurut jadwal umum:
1.      Bulan Oktober s/d Desember; tahap Pengakaran di bak stek
2.      Bulan Januari s/d Oktober; tahap Pemeliharaan dan Pembibitan
3.      Bulan Oktober s/d Nopember; tahap Penanaman di kebun atau petanaman.
(Prastowo, 2010).       
Dalam bak stek ini kelembababn udara dapat diatur dengan pipa air yang berlubang-lubang, sehingga air dapat menetes dengan secara pelan pada tutup kaca yang dilapisi dengan kain. Kelembaban harus dijaga agar berkisar antara 85 sampai 90 persen. Temperatur dan intensitas cahaya dapat diatur dengan mempergunakan naungan buatan. Temperatur rata-rata kit usahakan berkisar antara 23 sampai dengan 26 derajat Celsius. Medium harus disiram secukupnya akan tetapi jangan sekali-kali tergenang air (Starfarm, 2010).
Bedengan stek ini biasanya dipergunakan didaerah yang agak tinggi dan mempunyai temperatur rata-rata lebih rendah. Kelembaban udara diatur dengan penyiraman air, setiap 2-3 jam pada siang hari. Sedangkan untuk temperatur dan intensitas cahaya diatur dengan naungan buatan, atau kombinasi naungan alam dan naungan buatan (Starfarm, 2010).
Pemindahan Stek
-       Setelah setek umur ± 3 bulan dilakukan penyesuaiandengan membuka sungkup secara bertahap, dan pada umur ± 4 bulan setek dipindahkan ke pembibitan dengan menggunakan kantong plastik yang berisi media pasir : tanah : pupuk kandang perbandingan 1 : 2 : 1.
- Bibit setek siap tanam di kebun setelah berumur ± 7 bulan di pembibitan.
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2003).
Pelaksanaan
Pelaksanaan penyetekan dilakukan sebagai berikut :
- Entres yang digunakan masih hijau dan lentur tidak terlalu muda atau tua. Umur entres antara 3-6 bulan, karena pada umur tersebut cukup baik untuk bahan setek.
- Entres kopi yang digunakan adalah pada ruas 2-4 dari pucuk. Pemotongan bahan setek menjadi satu ruas 6-8 cm sepasang daun yang dikupir, bagian pangkal dipotong miring satu arah.
- Setek yang sudah disiapkan ditanam dengan cara menancaapkan setek ke dalam media tumbuh sehingga daunnya menyentuh permukaan media. Setek ditanam setek tertanam tertutup/disungkup dengan plastik.
- Setelah setek selesai ditanam media tumbuh segera di siram air dengan menggunakan gembor secara hati hati agar tidak merusak media tumbuh. Penyiraman dapat dilakukan 1-2 hari sekali dengan membuka sungkup dan segera ditutup kembali.
 (Prastowo, 2010).
 KESIMPULAN
1.      Tanaman kopi akan mulai berbuga setelah berumur ± 2 tahun.
2.      Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah.
3.      Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) system pemasarannya.
4.      Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generative menggunakan benih atau biji.
5.      Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek dengan memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman.
 DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, 1999. Pengendalian Mutu Kopi dan Kakao Berdasarkan Standarisasi Nasional. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003 – 2005 (Kopi), Jakarta

http://foragri.blogsome.com., 2011. Kakao. Diakses tanggal 30 November 2012
http://plantamor.com., 2011., Theobroma cacao. Diakses tanggal                          30 November 2012
Karmawati, E., 2010. Budidaya dan Pascapanen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2003. Klon-Klon Unggul Kopi Robusta dan Beberapa Pilihan Komposisi Klon Berdasarkan Kondisi Lingkungan

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008. Varietas-Varietas Kopi Arabika Yang Telah Dilepas Oleh Menteri Pertanian

Prastowo, B., 2010. Budidaya Dan Pascap Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Starfarm. 2010. Proses Pengolahan Kopi Secara Umum. http://winbathin. multiply.com/journal/item/43/Proses_Pengolahan_Kopi_secara_umum)
Setia Jaya, 2001. Petunjuk Cara Perbanyakan Secara Stek, PT. Mekar Makmur, Bogor
Suhermanto Srasyid, SP, 1999. Stek Pada Tanaman Melati, Jakarta


Yahmadi, M., 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar